Jumat, 23 Maret 2018

Hubungan Defisiensi Vitamin, Zat Besi dan Asam Folat dengan Kekurangan Energi Protein (KEP)


1.      Hubungan Defisiensi Vitamin A dengan KEP
Kurang vitamin A (KVA) merupakan salah satu masalah gizi masyarakat di Indonesia. Berdasarkan hasil survey Xeroftalmia pada tahun 1992, sekitar 50% balita di Indonesia menderita KVA sub klinis, yaitu serum retinol <20 μg/dl. Kurang vitamin A dapat disebabkan oleh factor penyebab langsung dan tidak langsung. Salah satu factor penyebab tidak langsung adalah anak yang menderita kurang energy protein (KEP). Ketika anak mengalami tanda-tanda klinis kurang energi protein, maka anak tersebut juga akan mengalami tanda-tanda kekurangan vitamin dan mineral, seperti defisiensi vitamin larut lemak, vitamin larut air, dan zat besi. Pada Negara yang mengonsumsi nasi di Asia Tenggara, defisiensi vitamin A adalah endemic dan dihubungkan dengan KEP. Di Indonesia, sekitas ¾ kasus kwashiorkor dilaporkan juga mengalami xerophtalmia. Anak yang mengalami KVA akibat KEP belum memiliki tanda klinis pada mata, hanya rendahnya serum retinol dan deplesi vitamin A di hati. Tanda klinis pada mata menunjukkan defisiensi yang berkepanjangan.
Berdasarkan penelitian Ebele, Emeka, Ignatius, Azubike, & Tola (2010), anak-anak yang mengalami KEP menunjukkan penurunan yang signifikan (P <0,05) pada kadar serum vitamin A, indeks massa tubuh (IMT), dan serum albumin dibandingkan subyek kontrol. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa kadar serum vitamin A, indeks massa tubuh (IMT), dan serum albumin mengalami penurunan akibat asupan dan penyerapan makanan kaya vitamin A rendah, simpanan vitamin A di hati tidak mencukupi, dan penggunaan meningkat saat defisiensi protein yang mengganggu penyerapan, transportasi dan metabolisme retinol dan menekan konversi karoten menjadi vitamin A. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penurunan kadar Vitamin A merupakan akibat dari KEP yang mengganggu sintesis hepatik dan pelepasan retinol binding protein (RBP) yang diperlukan untuk transportasi vitamin A dari hati. Hal ini menyebabkan gangguan transportasi retinol sehingga terjadi penurunan kadar serum retinol yang mengakibatkan gangguan siklus visual. Selain itu, KEP juga menurunkan kadar serum protein, khususnya albumin sebagai akibat dari rendahnya asupan protein. Hal ini berhubungan dengan kwasiokor dimana penurunan serum albumin diikuti oleh edema akut.
Pada anak yang menderita KEP, kadar vitamin A menurun yang merupakan akibat dari rendahnya asupan makanan yang menurunkan sintesis retinol binding protein (RBP) di hati. Meskipun anak yang menderita KEP memiliki cadangan vitamin A yang cukup, namun karena terdapat gangguan pada sintesis RBP maka kadar retinol serum menurun. Perpindahan RBP dari hati untuk diberikan ke sel target melalui jalur sekretori tergantung pada pembentukan retinol menjadi holo-RBP. Pada defisiensi vitamin A, mRNA RBP relative konstan, tetapi protein RBP terakumulasi dengan hepatosit sebagai apo-RBP, untuk dilepaskan sebagai holo-RBP untuk pemenuhan vitamin A. Berdasarkan hasil penelitian, pada tikus yang mengalami defisiensi vitamin A, hanya sebagian kecil retinol ditransfer pada hepatic stellate cells.

2.      Hubungan Defisiensi zat besi, asam folat dan Vitamin B12 dengan KEP
Anemia terkait malnutrisi disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain : defisiensi zat besi, dan atau penurunan produksi sel darah merah karena adapsi massa otot tubuh yang mengecil, defisiensi eritopoietin, defisiensi vitamin (asam folat, B12), atau mineral mikro (Cu, Zn), infeksi dan penyakit kronis (Saka et al, 2012). 
Defisiensi besi pada anak kebanyakan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang cepat, asupan makanan yang kurang mengandung zat besi, dan kehilangan darah yang banyak akibat adanya infestasi cacing. Selain itu etiologi defisiensi besi adalah akibat malabsorbsi, Kurang Energi Protein (KEP) dan pengeluaran besi yang berlebihan. Pada umumnya defisiensi besi terjadi pada anak yang memang telah ada dalam keadaan keseimbangan besi yang minimal sehingga gangguan yang ringan akan dapat menyebabkan keseimbangan besi yang negatif (Pudjiadi,2005).
Defisit Asam Folat Menyebabkan timbulnya anemia makrositik, megaloblastik, granulositopenia, trombositopenia.Defisiensi Vitamin B12 Dianggap sebagai faktor anti anemia dalam faktor ekstrinsik.Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia pernisiosa.Asam folat adalah vitamin yang larut air.Vitamin ini sangat penting untuk berbagai fungsi tubuh mulai dari sintesis nukleotid ke remetilasi homoSistein.Vitamin ini terutama penting pada period pembelahan dan pertumbuhan sel dan B12 sebuah vitamin larut air yang berperan penting dalam berfungsi normalnya otak dan sistem saraf, serta dalam pembentukan darah. Vitamin ini merupakan salah satu dari delapan vitamin B. Umumnya, vitamin ini terlibat dalam metabolisme setiap sel dalam tubuh, terutama pengaruhnya pada sintesis dan regulasi DNA serta pada sintesis asam lemak dan produksi energi. Defisiensi salah satu atau keduanya pada waktu yang bersamaan dapat menyebabkan anemia makrositik megaloblastik dan kegagalan sintesis DNA.Jika seorang ibu hamil mengalami anemia, ibu hamil tersebut beresiko melahirkan bayi BBLR. Lalu bayi BBLR akan berisiko menjadi balita menderita KEP.

3.      Hubungan Defisiensi Vit B2 dengan KEP
Defisiensi Vitamin B2 (Ariboflavinosis) Vitamin B2/riboflavin berfungsi sebagai ko-enzim pernapasan.Kekurangan vitamin B2 menyebabkan stomatitis angularis (retak-retak pada sudut mulut, glositis, kelainan kulit dan mata.Vitamin B2 berperan sebagai salah satu komponen koenzim flavin mononukleotida dan flavin adenine dinukleotida. Kedua enzim ini berperan dalam regenerasi energi bagi tubuh melalui proses respirasi. Vitamin B2 memegang peran besar dalam metabolisme energi di dalam tubuh maka defesiensi vitamin ini akan berpengaruh pada produksi energi tubuh. Hal ini terjadi karena metabolisme pemecahan karbohidrat, protein, dan lemak tidak berjalan efisien.Jika metobolisme karbohidrat, protein dan lemak terberjalan secara tidak efisien maka karbohidrat, protein, dan lemak tidak dapat diabsorsi dengan sempurna sehinggga terjadi defesiensi zat gizi makro yang akhirnya terjadi KEP.


Hestyra Dayu Wahyuningtyas
G42160959
Golongan B / Gizi Klinik ‘16

Sabtu, 30 Mei 2015

CERITA TANPA JUDUL



Tahukah seperti apa perasaan hati tak terbalas?  Menanti sesuatu yang tak kunjung datang ? Terkadang lelah memintaku untuk meyerah, meminta berhenti melakukan perbuatan sia-sia dan mencari "sesuatu yang baru"

Lantas bagaimana caranya membakar habis semua rasa yang telah lama mengikuti? Aku berharap Tuhan menjawab semua pertannyaanku padamu, padamu yang masih tetap membisu sehingga membuatku lebih lama menungggu ....

 
            Kau dan aku tidak ditakdirkan untuk berada dalam satu kisah yang indah.. percaya ataupun tidak namun itulah kenyataannya sekarang. Sama halnya seperti aku berjalan diatas pecahan kaca, setiap langkahku hanya meninggalkan luka. Padahal sejak awal sudah jelas AKHIR BAHAGIA BUKAN MILIK  KITA SAAT INI, lantas kenapa aku tidak menyerah saja?




Karena setiap detik yang berlalu akan menjadi kenangan
 jangan pernah meremhkan kebersamaan
Sebelum waktu mengajarimu arti sebuah kehilangan
Dan kamu hanya bisa menyalahkan keadaan



Aku tidak menemukan alasan kenapa aku menyukaimu, tidak ada alasan.. Tapi aku merasa bahwa ini adalah cinta, karena memang tidak ada alasannya.. Aku menyukai dirimu tanpa alasan, aku mencintai dirimu karena dirimu




Pada akhirnya...
Orang yang jatuh cinta dalam diam hanya bisa mendoakan :) 


 -HS-