Entah
apa yang ada dibenakku ketika melihat sosok “Pangeran Berkuda Putih” .. ya bisa
disebut begitu. Seorang cowok misterius bermasker hitam, berkaca mata, tidak
banyak bicara seperti kebanyakan cowok yang aku kenal. Itulah yang mebuatku menaruh
hati padanya. Sejak di Sekolah Menengah Pertama aku sudah mengenalnya bahkan
mungkin saja aku sudah bisa dianggap sebagai pengagumnya. Hanya dia yang
membuatku salah tingkah saat berpapasan dengan seorang cowok dan aku tak dapat
memungkiri itu semua.
Sekolah
Menengah Atas, dan perasaan kagum itu sedikit demi sedikit menghilang dan
berubah menjadi perasaan yang entah apalah itu namanya. Mungkin hanya pada dia
aku memiliki perasaan yang cukup lama. Hanya karena senyumnya saja dia mampu
mebuatku ikut tersenyum. Bisa melihatnya dari kejauhan saja sudah bahagia
sekali apalagi bisa ada dipeluknya dan menjadi miliknya.
“Ya Allah jadikan dia jodohku”
Hanya
itu yang mampu ku ucap sebagai selingan di setiap do’a ku. Pernah ada rasa
cemburu saat aku tahu dia sedang dekat dengan seseorang cewek tapi perasaan itu
tidak sedikitpun mengurangi perasaanku yang sesungguhnya. Mungkin memang begini
nasib ku menjadi seorang Secret admirer yang menjadikannya Moodboster dan bisa juga tiba-tiba berubah menjadi
Moodbreaker.
“I love you, but I
hate you”
Lirik lagu itu seakan mewakili semua
perasaanku.
Pernah
berfikir untuk pergi dan terlintas tinggalkan rasa itu.
Pergilah engkau
bersamanya, bersama dia yang ada segalanya, biar disini ku menyendiri.
Aku
Cuma pengen setiap waktuku bisa kuhabiskan bersama pangeran tersebut. Namun,
hanya di mimpi semua itu bisa terjadi. Kalau boleh, pengen banget rasanya bisa
tidur lebih lama biar aku bisa ngerasain gimana jadi aku yang bisa memilikinya.
Kalau Allah mengizinkan pengen rasanya dia peka terhadap semua ini dan kuharap
dia tidak marah sampai membenci diriku.
Jangan pernah salahkan
dirimu disaat orang lain atau orang yang sekalipun belum kau kenal mencintai
atau menyayangi dirimu.
Mungkin memang begini
takdir rasaku, hanya aku mencintainya sepenuh hati tanpa ada balasan rasa cinta
darinya sedikitpun.
Memang aku bukan wanita yang berparas cantik
dan punya segalanya, sehingga pernah aku berfikir apakah mungkin aku mampu bersanding dengan
seorang pangeran?. Hanya berandai-andai yang mampu kuperbuat.
Seperti
sebuah peribahasa “bagaikan punguk merindukan bulan”
itu yang pantas untuk ku.
Mencintaimu bukanlah sesuatu yang kuharapkan
terjadi, aku tak ingin harapan datang lagi, berkunjung dihati diam untuk
beberapa saat lalu meninggalkan dalam kesedihan berlipat-lipat.
Aku tahu ini pasti
kesalahan yang sehatusnya tidak terjadi. Dan sebelum aku berhasil menyangkalnya
aku sadar aku meninggalkan sebuah harapan.
Dan kali ini aku ingin
menggenggamnua, memilikinya sekalipun. Walaupun seandainya itu SALAH.
-Hestyra-